Cari Blog Ini

10 menit saja kau bertahan..

Orang-orang hebat sebenarnya hanyalah orang-orang biasa yang memiliki tekad yang luar biasa. Saat orang-orang disekeliling anda menyerah dan mundur, kertakkan gigi anda dan cobalah untuk menggali sedikit lebih dalam. Sukses diraih dan dipertahankan oleh mereka yang terus mencoba. Majulah dan akuilah : hari ini anda mungkin belum mencapai apa yang anda inginkan, harapkan dan impikan. Salah satu kunci untuk mendapatkan impian anda adalah sebuah tekad untuk tidak menyerah.

Ralph Waldo Emerson berkata, "Seseorang disebut pahlawan bukan karena ia lebih berani dari orang lain, tetapi karena ia berani bertahan sepuluh menit lebih lama." Seorang atlit lari jarak jauh belajar untuk menjadi 'terbiasa'. Ia akan terus berlari hingga kecapekan, tetapi dia tidak akan berhenti. Pelari biasa akan menyerah. Tetapi, pelari jarak jauh tahu bahwa jika ia dapat menahan kesakitan itu sedikit lebih lama, ia akan menjadi 'terbiasa'.

Sebelum seseorang mencoba cukup keras dan cukup lama sampai ia menjadi 'terbiasa', maka ia tidak akan pernah tahu seberapa besar yang bisa ia capai. Ingatlah, kemampuan itu terdiri dari 95% tekad untuk tetap bertahan.

Rabu, 06 Juli 2011

Tazkiah Kepemimpinan : Manusia dan Kekuasaan

Prilaku manusia sepanjang sejarahnya ternyata selalu diwarnai oleh keinginan mengejar kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan yang dimiliki. Tengok saja prilaku Namruj di zaman nabi Ibrahim, Fir’aun di zaman nabi Musa, jalut di zaman nabi Daud hingga prilaku presiden Soeharto pada zaman orde baru.
Kekuasaan seringkali menjadi sumber pertentangan dan permusuhan. Mungkin ada yang ingin berkuasa untuk menegakkan hokum-hukum Allah, namun kebanyakan manusia ingin berkuasa demi memenuhi tuntutan hawa nafsunya.
Jika ambisi kekuasaan telah merasuki jiwa manusia mata hatinya akan tertutup dalam menilai suatu perbuatan, sehingga tidak lagi peduli apakah perbuatan itu terlarang atau tidak. Berbagai cara akan dilakukan. Permusuhan dan pembantaian tidak lagi dianggap barang haram. Ratusan bahkan ribuan jiwa melayang seakan tiada berharga.
Diantara prilaku haus kekuasaan adalah sifat ‘pantang kalah’. Manusia cenderung hanya mempersiapkan dirinya untuk kemenangan dan lupa mempersiapkan diri menerima kekalahan.
Allah SWT mengisahkan dengan jelas betapa sifat pantang kalah yang dimiliki oleh Namruj mengantarkan dirinya pada kedurhakaan kepada Allah SWT. “Apakah kamu tidak memperhatikan orang(namruj) yang mendebat Ibrahim tentang RabbNya karena Allah telah memberi kekuasaan padanya. Ketika Ibrahim berkata ; Rabb-ku, Ketika Ibrahim berkata ; Rabbku, Dia yang menghidupkan dan mematikan. Namruj berkata ; “aku dapat menghidupkan dan mematikan”. “Ibrahim berkata ; “sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat”. Lalu terdiamlah Namruj dan Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Sangat jelas bahwa namruj kehilangan akal untuk membantah hujjah nabi Ibrahim. Tapi sifat pantang kalah yang berkembang subur dihatinya membuat ia tidak mau menerima kekalahan dan akhirnya berlaku durhaka.
Sejarah umat-umat terdahulu yang dimuat Allah dalam kitabNya menunjukkan bagaimana sifat ambisius dan pantang kalah yang dimiliki penguasa pada saat itu telah menimbulkan perpecahan dan kehancuran umat serta hanya mengundang azab bagi mereka. Kisah-kisah tersebut dimuat dalam Al-Qur’an bukan hanya sekilas info, melainkan peringatan dan pelajaran bagi umat hari ini dan yang akan datang agar tidak mengikuti langkah-langkah sesat tersebut.
Kini, kondisi umat islam di negeri ini, Nampak sangat memprihatinkan. Reformasi yang sejatinya dilakukan untuk melakukan perubahan telah bergeser menjadi episode perebutan kekuasaan. Para tokoh umat kini sibuk mencari kekuasaan dan lupa menjaga bangunan ukhuwah sebagai kekuatan umat. Persatuan umat pun tergadaikan oleh ego berbagai kelompok politik bernama partai.
Permusuhan dan pertikaianpun terjadi tanpa henti. Bahkan konflik horizontalpun menjadi hal yang lumrah. Realitas ini seharusnya dapat menyadarkan kita betapa ketika puncak kekuasaan telah didapatkan, maka sifat ambisius pribadi ataupun kelompok adalah segala-galanya.
Kita harus mengambil pelajaran dari semua kejadian yang telah membuat umat babak belur. Paling tidak, kita harus menyadari bahwa sifat ambisius dalam meraih kekuasaan dan pantang kalah demi kepentingan pribadi dan kelompok adalah biang kehancuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts